"Tolong ditertibkan para pedagang di depan sekolah,terima kasih"
"Kalau ngeyel diusir saja, kasihan kesehatan masa depan anak-anak kita jika sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat"
"Makanan yang dijual pedagang di depan sekolah banyak mengandung pewarna, pengawet, dan pemanis buatan.mohon sekolah turun tangan menertibkan"
Itulah beberapa sms wali murid yang masuk ke server sms gateway sekolah menanggapi menjamurnya pedagang yang mangkal di depan sekolah setiap istirahat dan pulang sekolah.
Barangkali bukan hanya di sekolah kami saja yang menghadapi fenomena semacam itu, karena di banyak kesempatan saya juga sering melihat fenomena serupa di beberapa sekolah unggulan di kota solo, mungkin juga merata di seluruh indonesia.
Makanan yang dijual oleh para penjual yang biasanya mangkal di depan sekolah tingkat dasar memang beragam dan biasanya mempunyai rasa dan penampilan yang menarik. Ada gula-gula, makanan berwarna-warni dan makanan dengan bentuk yang unik seperti bitang dan sebaginya. Keunikan inilah yang menarik perhatian anak untuk mendekat dan akhirnya membeli.
Sebelum cerita lebih jauh mengenai makanan kecil di sekolah ini, kami perkenalkan terlebih dahulu. Kami adalah sekolah swasta islam di bagian utara kota solo. Sekolah kami dikenal masyarakat dengan nama SDII Al Abidin Surakarta. Sebuah sekolah yang cukup mendapat nama karena tahun pertama meluluskan langsung berada di peringkat 3 perolehan hasil UN tingkat kota Surakarta. Dari sisi konsep sekolah kami juga mempunyai ke khasa.kami adalah sekolah full day, berformat pengajaran modern, dan melirkan semangat keislaman dalam setiap penajaran.
Letak kami tidaklah terlalu strategis karena berada di pinggiran kota solo, dan masuk sekitar satu kilo dari jalan protokol kota. Kami mencoba hidup berdampingan secara harmonis dengan warga di sekitar perkampungan. Namun demikian beberapa kali juga terjadi gesekan. salah satuna adalah dengan pedagang. Sejak kemunculan kali pertama di tahun 2004, sekolah kami langsung mendapatkan perhatian masyarakat. Sehingga di tahun perama kami mendapatkan siswa sebanyak 90 siswa. dimana ada gula, disitu ada semut.pedagangpun berdatangan. Dan siswa kamipun senang bukan kepalang.karena di tahun pertama kami memang belum mempunyai kantin. Sehingga setiap istirahat pertama di pukul 09.30-09.45 dan istirahat kedua pukul 10.45-11.00, siswa kami berkerumun mengelilingi para penjual itu. Apalagi jula jam pulang sekolah tiba yaitu pukul 14.00, tanpa dikomando siswa langsung menyerbu para pedagang. Bukan lantaran mereka kelaparan karena sekolah juga menyediakan katering yang berupa snack pada pukul 09.30 dan makan siang pada pukul 12.00, akan tetapi naluri anak-anak yang memang menyukai jajanan.
Begitulah kejadiannya setiap hari dari tahun ketahun. Lama kelamaan jumlah pedagangpun semakin banyak. sehingga akhirnya menimbulkan kemacetan karena para pedagang memenuhi badan jalan. protes walimuridpun mulai berdatangan, ada yang via sms, telepon,menyampaikan pada saat pertemuan walimurid, sampai dengan menghadap langsung ke jkepala sekolah.
sekolah pun mulai mengambil langkah. dengan keberanian yang masih seujung kuku, sekolah menempel pengumuman. kira-kira begini redaksiny "mohon bapak ibu berjualan di makanan yang sehat" namun himbauan itu tidak di respon.
ditahun ke tiga, sekolah mempunyai kantin. walapun sederhana akan tetapi menjula berbagai macam panganan kecil untuk siswa. berharap sswa untuk membeli di kantin.wali dan guru kelaspun menghimbau setiap hari, walimuridpun di himbau setiap ada pertemuan wali. akan tetapi hal inipun belum membuahkan hasil.
tahun ke empat sekolah mengambil kebijakan pembelian jajan dengan voucher. semua siswa harus menggunanakn voucher ketika jajan, harapannya agar siswa tidak membeli jajan di luar karena voucher tidak bisa untuk membeli jajan di luar sekolah.
minggu pertama cukup efektif, minggu kedia mulai ada satu dua siswa yang membeli di luar sekolah. dua bulan berikutnya hampir semua siswa jajan di luar lagi.
begitulah kejadian pemberlakuan voucher jajan yang lancar diawal dan surut sebulan, terjadi berkali-kali.
hingga tahun kelima pihak sekolah belum mempunyai cara jitu menghadapi para pedagang. disisi lain orang tua semakin banyak yang protes ke sekolah, meskipun beberapa diantaranya cuek saja atau bahkan membelikan sambil menjemput. mereka beralasan anaknya menangis jika tidak dibelikan.
tahun keenam sekolah merealisasikan pembelian server sms gateway untuk mengefektifkan komunikasi ke walimurid.
disatu sisi penyampaina informasi menjadi sangat efektif akan tetapi di sisi lain protes walimurid termasuk tentang jajan makin deras menglair. kalimatnyapun semakin pedas. hingga kalimat-kalimat bernada sisnis dan ketidakpuasan meluncur.
manajemen baruoun terbentuk.kesepakatpun dicapai.strategipun dijalankan :
beberapa pemikiran pun dirangkum, dan berikut diantaranya :
1. para pedagang adalah kaum marjinal yang juga mencari nafkah, sehingga mengusir dengan cara kasar adalah tindakan yang kurang bijak. apalagi dipastikan akan timbol konflik horizontal yang masif.
2. harus ada 1 langkah terpadu yang dilakukan secara konsisten oleh pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah sikap tegas orang tua, aturan serta sanksi yang jelas dari sekolah, dan evaluasi yang rutin.
3. tersedia tempat membeli makanan yang sehat, halal, toyib dan jumlah yang mencukupi untuk semua siswa
4. walimurid harus satu kata tentang jajan dengan sistem voucher.
langkah perama setelah semua pemikiran terangkum adalah menyatukan persepsi wali murid tentang jajan, akhirnya dikirimlah sms ke eali murid dengan redak si kira-kira :
"bagaimana persepsi anda tentang jajan di depan sekola?"
tanggapanpun menglir
sms keduapun dikirim "apakah bapak/ibu siap berkomitmen untuk mengawal program voucher jajan?"
kali ini dukungan wali murid meluncur deras.
berbekal komitmen itulah voucher diberlakukan.siswa diwajibkan membeli jajan di kantin sekolah. gurupun mengawasi siswa agar tidak keluar pagar sekolah untuk jajan.istirahat pertama, aman. tidak ada satupun siswa yang keluar pagar sekolah. istrirahat keduapun berjalan lancar.jam 14.00 datang juga.saatnya walimurid diuji.pedagang bersiap menggelar dagangannya.siswa satu persatu keluar dari dalam sekolah. beberapa diantaranya langsung pulang, namun beberapa diantaranya ternyata masih mengerubuti para pedagang.saatnya sms gateway bergerak lagi.
smsmpun dikirim "Mohon bapak ibu konsisten pada komintmen yang telah dibuat"
dan alhamdulillah lancar...tidak ada satupun siswa yang jajan di luar.para pedagang keheranan.melongok dari jendela sekolah menyaksikan barang dagangan penjual tidak ada yang laku, ada rasa bersalah.namun jika dipikir mereka jga tidak memikirkan kesehatan generasi muda penerus bangsa.
hari kedu, hari ketiga, hari keempat, satu per satu pedagang mulai jarang. seminggu setelah voucher diberlakukan, tidak ada satupun pedagang yang berjualan di depa sekolah.
rasa syukurpun dipanjatkan.
tanpa mengusir, para pedagang pergi dengan sendirinya karena tidak ada iswa yang membeli. dan para pedagangpun tidak ada yang menyatakan protes karena tahu bahwa siswa jajan menggunakan voucher.
Prospek Usaha Catering
5 years ago
0 comments:
Post a Comment