SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI, JANGAN LUPA TINGGALKAN PESAN DI SHOUTBOX AGAR SAYA BISA MENGUNJUNGI BALIK March 2013 ~ curhatku

Sekolah Para Juara

Semua anak adalah cerdas. Ada 8 kecerdasan menurut Gardners yang kita kenal dengan Multiple intelegencies. SDII Al Abidin berupaya mengembangkan setiap potensi kecerdasan sehingga semua siswa berpeluang menjadi juara di bidangnya masing-masing

Sekolah Tanpa PR

PR ternyata bukan sarana efektif untuk menjadikan anak kita cerdas. Bahkan bagi sebagian besar anak, PR adalah beban. Di SDII Al Abidin, siswa kelas 1 dan 2 bebas PR agar ananda bisa berkembang optimal dan menikmati masa kecilnya dengan ceria. Mulai kelas 3 baru ada PR secara bertahap.

Sekolah 6 Bahasa

Bahasa merupakan alat terpenting komunikasi serta menjadi alat yang memperlancar menuju kesuksesan. Oleh karena itu bahasa harus diperkenalkan sejak awal. Di SDII Al Abidin ada 6 bahasa yang di ajarkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jawa, Bahasa Jepang, dan bahasa Mandarin

Sekolah Menyenangkan

Menurut para ahli ketika seseorang senang, otak dalam posisi optimal untuk menyerap materi pelajaran. Oleh karena itulah SDII Al Abidin mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan seperti game, nyanyian, tepuk, dongeng, menonton film, CTL, dan outing class

Sekolah Berbasis IT

Information Technology merupakan hal mutlak yang harus dimiliki. Oleh karena itu SDII Al Abidin mengajarkan kemampuan IT pada peserta didiknya. Aplikasi open source linux adalah pilihannya.

Wednesday, March 13, 2013

Hilangnya Rasa Malu, Takut, dan Sungkan





Budi pekerti menjadi karakter luhur bangsa Indonesia. Di setiap suku ada bentuk kearifan lokal yang menjadi pranata sosial dalam pergaulan masyarakat. Kearifan lokal berupa budi pekeri diwariskan dari generasi ke generasi melalui berbagai media yang berkembang seiring kemajuan masyarakatnya. Keunggulan budi pekerti itu menjadi ciri khas yang tersohor ke seantero dunia. 
Namun kearifan lokal yang sempat menjadi kebanggaan, kini menjadi barang langka. Sikap saling menghormati dan tepo seliro kini makin luntur. Akibatnya banyak terjadi kejahatan, kecurangan terjadi di berbagai tempat. Salah satu bentuk kecurangan yang kini merajalela adalah korupsi. Tanpa malu-malu lagi orang mengambil sesuatu yang bukan haknya. Asal ada kesempatan, punya kuasa, niat buruk itu terlaksana.
Organisasi Fund for Peace merilis indeks terbaru mereka mengenai Failed State Index 2012 di mana Indonesia berada di posisi 63. Sementara negara nomor 1 yang dianggap gagal adalah Somalia. Penelitian ini menggunakan indikator dan sub indikator, salah satunya indeks persepsi korupsi. Dalam penjelasan mereka, dari 182 negara, Indonesia berada di urutan 100 untuk urusan indeks korupsi tersebut. Indonesia hanya berbeda 82 dari negara paling korup berdasarkan indeks lembaga ini, Somalia.
Ternyata kerusakan moral bukan hanya hilang dari para pemegang kuasa yang notabene orang dewasa,generasi muda pun tak kalah parahnya. Hampir setiap hari terdengar berita pemerkosaan, perkelahian peredaran video mesum dan sebagainya yang membuat miris siapa pun yang membacanya. Kasus yang akhir-akhir ini sering kita saksikan beritanya di media massa adalah tentang penyalahgunaan narkotika dan zat-zat berbahaya lainnya. Coba tilik hasil survei BNN dengan Universitas Indonesia dan juga universitas lain. Tahun 2005 persentase prevelensinya 1,7 persen dari seluruh Indonesia. Lalu tahun 2008 naik menjadi 1,99 persen. Kemudian tahun 2011 menjadi 2,2 persen, dan diperkirakan hingga tahun 2015 terus naik menjadi 2,8 persen, atau sekitar 5,8 hingga 6 juta jiwa.
Apa penyebab semua ini? Jika di telaah jauh memang ada banyak sekali sebab. Dan dari sekian banyak sebab, salah satunya adalah hilangnya rasa malu, takut dan sungkan, khususnya malu takut dan sungkan berbuat yang tidak baik. Rasa malu dan takut serta sungkan ketika akan mengambil sesuatu yang bukan haknya, sudah hilang. Bahkan saat mereka sudah ketahuan. Lihat saja ekpresi mereka di media massa. Wajah mereka tidak menyiratkan malu dan bersalah meskipun sudah dijadikan sebagai tersangka sebuah kasus korupsi. Orang jawa sering mengatakan, “wong ra nduwe isin!”. Sungguh miris memang. Lantas apa yang sebaiknya masyarakat lakukan melihat kondisi ini?
Mau tidak mau masyarakat harus saling bahu membahu mengatasi kondisi yang sudah sedemikian terpuruk ini. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan langkah-langkah pencegahan pada orang-orang terdekat. Anak-anak kita harus kita ajari budi pekerti yang baik. Hal ini selaras dengan penemuan atas penelitian yang dilakukan oleh Hidred Geertz  seorang antropolog Amerika, yang ditulis dalam buku “The Javanese Family” yang ditulis pada Tahun 1982. Meskipun diteliti sudah lebih dari 30 tahun yang lalu, akan tetapi penelitian ini masih sangat relevan kita gunakan. Hasil penelitian ini salah satunya mengungkapkan tentang bagaimana cara masyarakat Jawa menanamkan budi pekerti pada anak-anaknya. Geertz (1982) mengungkapkan ada tiga hal yang ditanamkan masyarakat Jawa pada anak-anaknya dalam rangka membentuk karakter. Ketiga hal itu adalah wedi, isin, dan sungkan.
Wedi berarti takut, baik dalam arti jasmani maupun dalam arti sosial terhadap kecemasan atas akibat-akibat tidak menyenangkan dari suatu tindakan. Isin bisa diterjemahkan sebagai malu, enggan, canggung. Malu untuk melanggar aturan dan berbuat dosa. Malu untuk mencuri uang Negara. Malu kepada masyarakat yang uangnya diambil. Malu jika nantinya diri dan keluarganya akan menanggung malu. Malu jika nantinya wartawan akan menguber-ngubernya kemana-mana. Malu jika hakim mencebloskannya ke dalam sel tahanan. Sedangkan sungkan, seperti isin hanya tanpa adanya rasa takut berbuat kesalahan. Isin akan menjadi bentuk pengendalian didi dan menghindari celaan, sungkan mampu memainkan langgam sosial dengan indah.
Anak-anak jawa diajar tentang bagaimana dan bilamana harus wedi dan isin. Allah swt. wajib ditakuti bukan karena menakutkan, melainkan karena kewajiban kita berkhidmat sebagai hamba kepada penciptanya. Sang Maha Pencipta akan mengawasi dan menilai gerak-gerik hamba-Nya. Namun, disisi lain kita sebagai hamba-Nya mengharapkan penilaian terbaik sehingga menghasilkan balasan terbaik juga, yaitu sukses dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kita pun takut melakukan hal-hal yang berbau maksiat karena akan menjauhkan kita dari kasih sayang dan pertolongan Allah swt.Mereka dipuji karena sikap yang wedi kepada orang tua dan sikapnya yang isin terhadap orang-orang yang lebih dari dirinya. Mereka pertama-tama belajar wedi sebelum merekan siap memberikan tanggapan intern yang berbeda-beda dan menyangkut harga diri  dan pengenalan yang berbeda-beda mengenai perbedaan sosial. Ketika mereka besar, isin diajukan kepadanya, pertama-tama dengan memobilisasi rekasi–reaksi wedi yang sudah terpolakan kemudian dengan memainkan harga diri yang berkembang melalui mempermalukan dengan senangnya.
Nilai-nilai kejawen mengenai rumusan ketaatan itu ditanamkan secara berangsur-angsur. Dimulai dari mengenalkan wedi, isin, dan akhirnya sungkan. Wedi berbuat jahat karena diketahui oleh Yang Maha Melihat. Isin berbuat curang karena menciderai rasa keadilan, dan sungkan melakukan hal-hal yang tidak pantas karena diketahui sesamanya.
Apabila dilaksanakan dengan baik, nilai-nilai isin, wedi dan sungkan akan membawa sikap pengendalian diri yang baik untuk tidak berbuat yang melanggar etika, curang, culas dan perbuatan tidak baik lainnya. Sudah waktunya orang tua mengajarkan isin, wedi, dan sungkan pada anak-anaknya sehingga saat  dewasa kelak mereka akan mempunyai jati diri dan tidak tergoda untuk berbuat culas. Malu dan takut menunjukkan kebaikan memang tidak baik, akan tetapi malu takut dan sungkan berbuat baik tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan.


Euforia Harlem Shake

Sejenak melepas penat, tentu tidak ada salahnya. Setiap hari dicekoki berbagai permasalahan hidup dan ketidakmapanan sosial, membuat fisik dan jiwa menjadi lelah. Dan sudah menjadi hukum alam, jika tubuh dan jiwa butuh istirahat. Harlem Shake adalah salah satu bentuk pelepasan diri dari berbagai kepenatan itu. Ada kebebasan, “kegilaan”, dan ekpresionis. Sejak diunggap di youtube, Harlem shake makin terkenal. Ada apa sebenarnya dengan Harlem Shake? Tarian yang diciptakan pada tahun 1981 ini, kembali membahana di berbagai belahan dunia. Hakikatnya Harlem Shake merupakan tarian bebas dengan diiringi musik dari lagu "Harlem Shake" milik musisi elektronik Baauer. Ciri khasnya, video ini diawali oleh satu orang yang tampil dengan gaya sesuka hatinya di antara orang lain yang sedang serius menjalani aktivitas. Tapi tak lama kemudian, suasana berubah. "Kegilaan" menular dari satu orang ke semua orang yang ada di ruangan atau di tempat tersebut. Seperti dilaporkan Yahoo News, Senin (4/3/13), kini setiap hari rata-rata 40.000 video joget Harlem Shake diunggah ke laman YouTube. Sedangkan di Indonesia, puluhan ribu video Harlem Shake dari berbagai kalangan telah diunggah ke laman YouTube. Jika dibandingkan dengan tren sebelumnya ,gangnam style yang dipopulerkan psy dimana butuh aturan tersendiri, Harlem Shake yang tidak butuh aturan tertentu, kepopulerannya diperkirakan akan melebihi gangnam style. Ternyata ada kisah menarik yang melatar belakangi munculnya Harlem Shake. Tahun 2012 lalu, sekitar bulan Maret nama Trayvon Martin populer di Amerika. Dia adalah anak berusia 17 tahun yang tewas karena peristiwa penembakan. Kasus ini memunculkan spirit di antara kalangan masyarakat kulit hitam karena Trayvon Martin adalah anak berkulit hitam dan penembaknya adalah seorang Hispanik kulit putih. Spirit ini diwujudkan dalam aksi solidaritas dengan menggelar tarian Harlem Shake. Harlem Shake sudah begitu popular. Tak kalah artis-artis top pun melakukan aksi Harlem Shake. Namun adakah makna di balik Harlem Shake? Mengapa tarian ini begitu popular? Pertama yaitu karena unik. Bentuk tariannya memang tidak beraturan. Tapi justru di situlah letak keunikannya. Di saat tarian lain mementingkan gerakan yang seragam, Harlem Shake justru bergerak melawan arus. Suatu yang lain dari kelaziman memang menarik perhatian. Kedua yaitu mudah. Harlem Shake bisa dilakukan hanya dengan menggerakan kepala atau menggoyangkan jari mengikuti musik. Manusia modern membutuhkan sesuatu yang mudah dan simple. Di saat segala sesuatu di sekelilingnya menjadi semakin rumit, urusan birokrasi yang kadang berbelit,serta peluang kesejahteraan yang makin sulit, masyarakat tentu mendambakan sesuatu yang mudah. Ketiga adalah” kegilaan” ekspresi. Gerakan dalam Harlem Shake adalah gerakan-gerakan spontan yang cenderung mengarah pada bentuk “kegilaan”. Menampilkan citra lain dari hal yang selama ini dilakukannya. Seorang yang biasanya tampil santun, bisa berekpresi dengan bebas. Kadang seseorang memang butuh “kegilaan” agar segala sesuatunya tidak monoton. Keempat adalah viral marketing. Salah satu kekhasan “abad internet” adalah kecepatannya. Internet telah menyatukan jutaan orang didunia cukup hanya dengan menekan tombol. Cepatnya penyebaran informasi melalui internet tidak bisa dibandingkan dengan sarana informasi lainnya. Pengaruh eksponen internet sangat unik. Hanya dalam hitungan detik, sebuah pesan bisa dibaca oleh banyak orang di seluruh dunia. Kekhasan internet inilah yang memunculkan viral marketing. Dimana Viral marketing Suatu program yang dirancang seperti virus dan berjangkit dari satu orang ke orang lainnya secara cepat dan luas. Di Tanah air banyak dijumpai kisah sukses yang berawal dari internet. Kita tentu masih ingat dengan selebritis dadakan seperti sinta-jojo. Atau kisah dramatis Prita Mulayasari. Demikian juga fenomena harlem Shake yang muncul pertama dari situs sharing video Youtube. Lalu adakah hal positif yang bisa kita ambil dari Harlem Shake? Pertama adalah bentuk solidaritas. Hal ini sesuai dengan semangat awal kemunculannya. Maka tak heran jika tarian Harlem Shake ditarikan beramai-ramai oleh orang yang sedang berada di tempat yang sama. Jika dimaknai dengan baik, Harlem Shake bisa menjadi sarana untuk meningkatkan tingkat solidaritas masyarakat yang sekarang ini cenderung menurun. Tidakkah selama ini kita sering menjumpai tawuran mahasiswa sesama almamater? Atau permusuhan tak berkesudahan siswa sekolah menengah atas padahal bangunan sekolah mereka berdekatan? Hal ini akibat dari melunturnya jiwa solidaritas. Kedua adalah tentang kebebasan. Tidak ada aturan khusus dalam tarian Harlem Shake. Bergerak seperti apapun diperbolehkan. Dari yang paling simple sampai yang paling ekstrem. Satu-satunya yang menyatukan mereka adalah irama musik. Hal ini bisa kita ambil pelajaran bahwa berbeda seperti apapun tetap bisa tercipta harmoni. Ini barang langka di masyarakat kita. Berbeda sedikit saja, timbul konflik. Harlem Shake adalah sebuah inspirasi untuk penyatuan. Ketiga adalah tentang kreatifitas. Tidak ada gerakan yang sama seperti layaknya tarian lain. Tiap orang mempunyai gerakan yang berbeda. Itulah kreatifitas. Kreatifitas besar seringkali muncul dari hal-hal kecil seperti halnya yang ada pada tarian Harlem shake. Ini tentu menginspirasi kita di tengah kasus-kasus plagiatisme yang seringkali kita dengar. Itulah Harlem shake yang menyeruak sebagai bentuk produk budaya popular di tengah masyarakat yang sering mengalami kepenatan sosial. Keberadaannya bagai oase di tengah ganasnya jiwa individualime. Tulisan ini tak hendak mengajak masyarakat latah membuat aksi serupa. Hanya ingin berpendapat bahwa sejatinya di setiap fenomena kita bisa mengambil makna. Saat simbol-simbol formal tak lagi ampuh menyatukan perbedaan, simbol budaya mungkin bisa menjadi salah satu alternatif pemecahannya. Bukankah dengan budaya, segala sekat-sekat formal meluntur?