SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI, JANGAN LUPA TINGGALKAN PESAN DI SHOUTBOX AGAR SAYA BISA MENGUNJUNGI BALIK curhatku tips mengajar dengan kreatif

Sekolah Para Juara

Semua anak adalah cerdas. Ada 8 kecerdasan menurut Gardners yang kita kenal dengan Multiple intelegencies. SDII Al Abidin berupaya mengembangkan setiap potensi kecerdasan sehingga semua siswa berpeluang menjadi juara di bidangnya masing-masing

Sekolah Tanpa PR

PR ternyata bukan sarana efektif untuk menjadikan anak kita cerdas. Bahkan bagi sebagian besar anak, PR adalah beban. Di SDII Al Abidin, siswa kelas 1 dan 2 bebas PR agar ananda bisa berkembang optimal dan menikmati masa kecilnya dengan ceria. Mulai kelas 3 baru ada PR secara bertahap.

Sekolah 6 Bahasa

Bahasa merupakan alat terpenting komunikasi serta menjadi alat yang memperlancar menuju kesuksesan. Oleh karena itu bahasa harus diperkenalkan sejak awal. Di SDII Al Abidin ada 6 bahasa yang di ajarkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jawa, Bahasa Jepang, dan bahasa Mandarin

Sekolah Menyenangkan

Menurut para ahli ketika seseorang senang, otak dalam posisi optimal untuk menyerap materi pelajaran. Oleh karena itulah SDII Al Abidin mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan seperti game, nyanyian, tepuk, dongeng, menonton film, CTL, dan outing class

Sekolah Berbasis IT

Information Technology merupakan hal mutlak yang harus dimiliki. Oleh karena itu SDII Al Abidin mengajarkan kemampuan IT pada peserta didiknya. Aplikasi open source linux adalah pilihannya.

Friday, January 1, 2016

Cara mendidik anak secara islami

Cara mendidik anak secara Islami merupakan cara mendidik anak yang paling baik terutama bagi keluarga Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. cara ini merupakan cara mendidik anak yang telah dicontohkan oleh Rasulullah S.A.W dalam mendidik dang membesarkan anak- anak beliau. Mendidik anak secara Islami dan sesuai dengan syari’at agama merupakan hal yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim mengingat dalam penerapannya, orang tua menggunakan agama sebagai pedoman dasar dalam mendidik dan membesarkan anak sehingga akan menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Jika kita bandingkan dengan kenyataan yang kita temui sekarang ini, banyak orang tua yang cenderung mendidik anaknya dengan berbau kebarat- baratan bahkan tak jarang yang mengeksplor anak- anak mereka menjadi seperti layaknya seorang artis.
cara muslimah cara mendidik anak secara Islami Hal ini bukan berarti salah, namun jika ini diterapkan kepada anak tanpa adanya pembekalan yang berdasarkan agama terlebih dahulu, maka dikhawatirkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang memahami ajaran- ajaran agama. sehingga, mereka akan tumbuh menjadi seorang anak yang miskin jiwanya, dan cenderung menjadi anak yang mencari kesenangan- kesenangan duniawi seata. Tentu hal ini tidak diinginkan oleh setiap orang tua, bukan? Untuk itu, bagi orang tua terutama yang beragama Islam, sangat dianjurkan untuk mendidik anak- anaknya dengan cara yang Islami dan sesuai dengan kaidah- kaidah agama Islam pula. Berikut ini adalah bahasan mengenai bebrapa cara mendidik anak yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam keluarga Islam yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Al Hadist.
Sebelum kita mendiskusikan mengenai cara mendidik anak secara Islami yang baik dan benar, ada baiknya jika kita mengetahui sedikit tentang pengertian mengenai cara mendidik anak secara Islami. Yang dimaksud dengan cara mendidik anak secara Islami adalah cara mendidik dan membesarkan anak yang bertumpu pada dasar- dasar pedoman Al Qur’an dan Al Hadist serta tuntunan Rasulullah S.A.W sebagai dasar untuk mengembangkan pendidikan kepada anak. Dalam tuntunan Al Qur’an dan Al Hadist, terdapat berbagai cara untuk mendidik anak secara Islami yang sangat dianjurkan, di antaranya adalah sebagai berikut.
  1. Memberikan perhatian kepada anak- anak anda dengan mengenali lingkungannya dalam hal ini, sangat dianjurkan bagi orang tua untuk mengenali lingkungan di mana anak- anak mereka terbiasa bermain seperti mengenali teman- temannya, mengenali permainan apa saja yang mereka sukai, serta memberi dukungan terhadap apa yang mereka lakukan. Orang tua juga harus aktif dalam memberikan nasehat kepada anak apabila mereka melakukan kesalahan kepada temannya, namun jangan memarahi anak di depan teman- temannya karena hal ini dapat membuat anak menjadi pribadi yang minder. Menasehati anak dengan tutur kata yang lembut akan lebih mengena kepada anak daripada memarahi mereka ketika mereka melakukan kesalahan.
  2. Mengkondisikan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan menunjukkan sikap saling toleransi antar anggota keluarga serta saling menghormati. Pupuklah rasa kasih sayang antara ayah dan ibu dan tunjukkan kasih sayang kepada sang anak, hal ini akan sangat membantu sang anak untuk lebih mengenal keluarganya. Jangan sekali- kali berselisih di depan sang anak karena hal ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan mental sang anak. Jika dalam suatu keluarga ada masalah terutama di antara kedua orang tua, maka hendaknya diselesaikan dengan baik ketika anak tidak ada di rumah. Dengan menunjukkan kehidupan rumah tangga yang harmonis, maka anak akan mendapatkan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang sehingga mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang terhadap sesamanya.
  3. Mulailah untuk membiasakan diri melibatkan anak dalam menyelesaikan hal- hal kecil di dalam rumah, seperti melibatkan mereka dalam kegiatan membersihkan rumah, atau melatih mereka untuk mengelola uang saku mereka dengan bijak. Membiasakan sang anaka untuk terlibat dalam urusan rumah yang ringan dapat melatih anak untuk bertanggung jawab sejak dini sehingga kelak jika anak tumbuh dewasa, maka anak akan terbiasa mengatur kehidupan mereka secermat mungkin dengan mendahuliukan hal- hal yang mendesak daripada yang lain yang dirasa tidak terlalu penting. Di sisi lain, melibatkan anak dalam urusan rumah tangga yang ringan sejak dini dapat melatih anak menjadi pribadi yangmandiri di kemudian hari meskipun mereka berada jauh dari orang tuanya.
  4. Untuk melatih anak terbiasa dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada ajaran agama, tak ada salahnya jika orang tua membuat sebuah perpustakaan kecil bagi sang anak yang berisi tentang buku- buku agama dan buku pengetahuan yang berdasarkan atas agama. dengan menyediakan buku- buku agama yang sesuai dengan usia mereka serta mendampingi anak dalam mempelajari buku tersebut, mereka akan lebih terdorong untuk belajar dan mencari tahu mengenai ilmu agama. Selain itu, mengnalkan anak pada tokoh- tokoh agama yang berjasa dalam perkembangan Islam di masa lalu juga akan membuat anak  semakin mencintai agama Islam sejak dini.
  5. Membiasakan anak untuk cinta terhadap agama dengan mengenalkan sholat dan membaca Al Qur’an. Hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan untuk sholat berjamaah di rumah dan melibatkan anak untuk ikut serta di dalamnya, serta membaca Al Qur’an seusai sholat berjamaah merupakan hal yang sangat dianjurkan. Jika sang anak blum mampu membaca Al Qur’an, maka tugas orang tua adalah melatih mereka untuk belajar membaca Al Qur’an. Hal ini perlu untuk dilakukan secara rutin agar anak terbiasa dengan Al Qur’an sehingga mereka akan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup mereka di kemudian hari.
  6. Ketika anak telah memasuki usia sekolah, maka ada baiknya jika orang tua memasukkan anak- anaknya ke sekolah yang menerapkan ajaran- ajaran Islam. dalam hal ini, alangkah baiknya jika orang tua menanyakan kepada pengurus sekolah mengenai program- program sekolah yang akan diterapkan kepada anak sehingga orang tua dapat mengetahui apakah kegiatan sekolah tersebut berlandaskan pada prinsip ajaran Islam atau tidak. Selain itu, jangan terlalu memforsir anak dengan kegiatan- kegiatan akademis yang terlalu padat sampai- sampai menyita waktu anak dalam menjalankan ibadah yang berkaitan dengan ajaran agama Islam.Cara mendidik anak secara Islami
  7. Jika suatu saat anak anda meminta uang kepada anda untuk suatu keperluan tertentu, maka tanyakanlah kepada anak anda mengenai keperluan yang ingin mereka beli, bila perlu dampingi mereka untuk membelinya. Jangan membiasakan anak  untuk memberikan semua yang mereka inginkan terutama uang saku yang berlebihan karena ha lini akan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang manja dan boros. Ingat, boros dan berlebihan merupakan perilaku syaitan dan Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk hidup boros dan berlebihan.
  8. Ajarkanlah kepada anak untuk bersedekah. Ketika orang tua hendak menyedekahkan sebagian harta mereka untuk orang yang membutuhkan, tak ada salahnya jika orang tua mengajak anaknya agar sang anak mengetahui bahwa banyak di antara kita yang hidup kekurangan dan masih memerlukan bantuan kita. Sehingga, sang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang welas asih dan selalu ingat bahwa mereka termasuk orang- orang yang beruntung dan berkecukupan. Dengan demikian, sang anak akan terhindar dari sikap bergaya hidup mewah kelak ketika mereka tumbuh dewasa.
  9. Dalam menjalankan kegiatannya di rumah, usahakan untuk selalu mendampingi mereka. jika ada input atau pengaruh yang kurang baik dari lingkungan seperti pada saat mereka bermain atau melihgat televisi di rumah, sebisa mungkin untuk mengalihkan perhatian sang anak kepada hal- hal lain yang lebih Islami. Hal ini penting untuk dilakukan agar anak terhindar dari pengaruh- pengaruh buruk yang bisa terjadi dari pengaruh lingkungan yang bisa mempengaruhi anak sewaktu- waktu.
  10. Ajarkanlah kepada sang anak untuk selalu menghormati orang yang lebih tua. Biasakan anak untuk selalu mengucapkan salam dan mencium tangan sebelum pergi keluar rumah dan saat memasuki rumah. Selain itu, biasakan pula kepada sang anak untuk berkata- kata sopan terhadap orang yang lebih tua dan bersikap santun. Dengan membiasakan hal ini, maka anak akan tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan menghormati orang yang lebih tua. Jika anak melakukan kesalahan kecil mengenai hal ini, maka nasehasti mereka secara halus dan jangan membentak mereka karena hal ini dapat menggoyahkan hati mereka yang terutama pada utia dini, mereka sangat peka terhadap apa yang dilontarkan oleh kedua orang tua kepada mereka. Memaki dan membentak anak hanya akan membuat mereka menjadi pribadi yang berontak dan ini sangat dilarang dalam Islam.
  11. Luangkanlah waktu untuk bermain bersama anak- anak anda. Apabila suami merupakan seorang pegawai pemerintahan yang cukup sibuk, maka luangkanlah waktu pada akhir minggu untuk mendapatkan momen yang berkualitas dengan anak- anak anda. Ajaklah mereka untuk berwisata ke tempat- tempat terdekat atau ajaklah mereka untuk sekedar menghabiskan waktu bersama di rumah. Dengan meluangkan waktu untuk bersama anak, maka anak akan merasa bahwa kehadiran mereka dalam keluarga sangatlah berharga dan mereka akan merasa bahwa orang tua sangat menyayangi mereka. Sesibuk apapun orang tua dengan alasannya untuk memenuhi kebutuhan hidup anak, kita harus tahu bahwa kasih sayang adalah hal terpenting yang dibutuhkan oleh sang anak daripada harta dan kecukupan materi. Maka dari itu, orang tua harus senantiasa meluangkan waktu untuk bermain bersama anak agar jalinan kasih sayang semaking terasa antara anggota keluarga.
  12. Berikanlah suri tauladan yang baik kepada anak. Sebagai orang tua yang menjdai panutan bagi setiap anak, maka wajib hukumnya bagi orang tua untuk selalu memberikan contoh yang baik bagi anak- anaknya. Hentikan kebiasaan- kebiasan yang bersifat kurang mendidik di hadapan anak dan biasakan diri untuk melakukan hal- hal yang baik sehingga anak akan meniru hal- hal baik yang anda lakukan. Mengingat bahwa sikap anak terbentuk dari orang tua, maka hendaknya orang tua selalu mengajarkan hal- hal yang baik sehingga pribadi sang anak juga akan terbentuk dengan baik hingga kelak mereka dewasa.

Sunday, October 13, 2013

Ruh Kurikulum 2013



Pemberlakuan kurikulum 2013 sudah diputuskan berlaku efektif awal tahun ajaran 2014/2015. Sosialisasi, uji publik, dan berbagai kajian ilmiah sudah dilakukan. Pelatihan demi pelatihan pun telah dilaksakan secara gencar. Tak kurang, peserta pendidikan latihan profesi guru (PLPG) yang dilaksanakan tahun ini pun menjadikan kurikulum 2013 sebagai materi intinya. Namun di lapangan, masih sangat banyak dijumpai guru yang kembali ke sekolah dengan kebingungan, kebimbangan, dan keraguan tentang konsep kurikulum terbaru ini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah karena peserta belum mengetahui ruh dari kurikulum 2013.
Seperti kita ketahui bahwa bangsa yang Berjaya adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan. Jepang, amerika, korea selatan, China merupakan contoh bangsa maju yang menguasai dunia dalam bidangnya masing-masing. Salah satu faktor keberhasilan negara-negara tersebut adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pertanyaannya sekarang, mengapa negara-negara tersebut berhasil menguasai IPTEK? Jawabannya adalah pendidikan di negara tersebut diarahkan pada sikap-sikap yang memungkinkan peserta didik mempunyai sikap ilmiah atau scientific sebagai tahapan penguaasan IPTEK. Pendidikan dengan pendekatan ini berhasil menghasilkan para ilmuwan. Inilah yang menyebabkan negara ini maju.
Konsep inilah yang rupanya ingin ditiru Indonesia dalam hal penanaman pendidikan dimana pendidikan diarahkan pada penanaman sikap ilmiah. Namun pengadopsian ini dielaborasikan dengan nilai-nilai ketimuran yang sangat memperhatikan norma dan agama. Karena sudah menjadi consensus umum bahwa pandai tanpa agama ibarat orang tersesat dan sebaliknya orang beragama tanpa ilmu pengetahuan ibarat orang buta. Penanaman ini diwujudkan dalam wadah yang bernama kurikulum 2013.
Pendekatan scientific yang digunakan dalam kurikulum 2013 terdiri dari dari lima tahap yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Ada sekian banyak gejala alam dan gejala sosial yang yang bisa menjadi objek pengamatan. Dalam penerapannya, pengamatan dilakukan pada objek atau fenomena yang terkait dengan materi pembejalaran. Jika pengamatan dilakukan secara cermat, maka akan memunculkan hasrat untuk bertanya mengenai objek yang telah diamati. Ini menjadi proses kedua dari pendekatan scientific yang dinamakan kegiatan menanya. Tahap yang ketiga adalah menalar, yaitu menganalisis serta menghubungkan dengan dugaan jawaban sementara. Ini menimbulkan sikap ketidak percayaan sehingga memunculkan keinginan untuk membuktikan dugaannya. Tahap ini disebut mencoba yang merupakan tahap ke empat. Setelah mencoba maka akan ditemukan jawabannya dan siswa akhirnya bisa menghubungkan dengan gejala-gejala lain yang  ada pada materi disiplin ilmu lain sehingga terbentuklah jejaring. Ini merupakan tahap terakhir dari metode scientific.
Keseluruhan tahap ini dilakukan oleh siswa. Sedangkan guru sebatas menjadi fasilitator dan motivator bagi siswa. Meskipun menjadi salah satu sumber belajar, tapi guru tidak menjadi satu-satunya sumber pengetahuan dan belajar. Siswa bisa mendpatkan sumber belajar dari berbagai media dan tempat yang dijumpainya. Dengan demikian pembelajaran kurikulum 2013 berpusat pada siswa. Paradigma lama yang menganggap siswa adalah gelas kosong yang harus diisi air pengetahuan yang dari guru sebagai satu-satunya sumber, sebaiknya dibuang jauh-jauh.
Jika keseluruhan tahap ini dilakukan dengan benar, maka sikap ilmiah yang berujung pada terbentuknya orang-orang yang berjiwa ilmuwan, sudah bisa tercapai. Namun jadi orang pintar berpengetahuan luas saja tidaklah cukup. Selain pintar, orang harus terampil dan cekatan. Maka dalam kurikulum 2013 juga dikembangkan aspek keterampilan.
Setelah aspek pengetahuan dan keterampilan, terminal berikutnya adalah aspek moral dan sikap. Karena sudah menjadi pemakluman umum bahwa orang yang sukses tidak hanya ditentukan oleh orang yang pintar dan terampil saja, tetapi juga ditentukan oleh sikap dan moral yang baik. Kurikulum 2013 hendak mengajak peserta didik menuju ke arah pribadi yang pintar, terampil, dan bermoral.
Terminal akhir dari pembelaran yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah membentuk siswa yang pintar, terampil, bermoral, serta beragama. Oleh karena itulah semua tahap pembelajaran dalam kurikulum yang akan efektif berlaku mulai Juli 2013 adalah menghubungkan konsep-konsep dalam materi dengan nilai-nilai keagamaan. Dengan demikian diharapkan setelah mendapatkan pembelajaran, siswa menguasai konsep materi pembelajaran, terampil dalam berkarya, unggul dalam sikap, serta menambah kualitas keagamaannya. Inilah sebenarnya ruh dari kurikulum 2013.
Ruh akan bisa bergerak dinamis jika ada pada raga yang tepat. Demikian juga ruh kurikulum 2013 akan terlaksana dengan baik jika menemukan perwujudan yang tepat. Salah satu perwujudannya yaitu metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itulah aplikasi dari kurikulum ini dilaksanakan dengan metode pembelajaran modern seperti Quantum teaching, active learning, contextual learning, dan sebagainya. mudah-mudahan dengan bersatunya raga dan roh ini kurikulum 2013 akan membawa dampak positif yang besar bagi generasi penerus di masa mendatang.



Wednesday, March 13, 2013

Hilangnya Rasa Malu, Takut, dan Sungkan





Budi pekerti menjadi karakter luhur bangsa Indonesia. Di setiap suku ada bentuk kearifan lokal yang menjadi pranata sosial dalam pergaulan masyarakat. Kearifan lokal berupa budi pekeri diwariskan dari generasi ke generasi melalui berbagai media yang berkembang seiring kemajuan masyarakatnya. Keunggulan budi pekerti itu menjadi ciri khas yang tersohor ke seantero dunia. 
Namun kearifan lokal yang sempat menjadi kebanggaan, kini menjadi barang langka. Sikap saling menghormati dan tepo seliro kini makin luntur. Akibatnya banyak terjadi kejahatan, kecurangan terjadi di berbagai tempat. Salah satu bentuk kecurangan yang kini merajalela adalah korupsi. Tanpa malu-malu lagi orang mengambil sesuatu yang bukan haknya. Asal ada kesempatan, punya kuasa, niat buruk itu terlaksana.
Organisasi Fund for Peace merilis indeks terbaru mereka mengenai Failed State Index 2012 di mana Indonesia berada di posisi 63. Sementara negara nomor 1 yang dianggap gagal adalah Somalia. Penelitian ini menggunakan indikator dan sub indikator, salah satunya indeks persepsi korupsi. Dalam penjelasan mereka, dari 182 negara, Indonesia berada di urutan 100 untuk urusan indeks korupsi tersebut. Indonesia hanya berbeda 82 dari negara paling korup berdasarkan indeks lembaga ini, Somalia.
Ternyata kerusakan moral bukan hanya hilang dari para pemegang kuasa yang notabene orang dewasa,generasi muda pun tak kalah parahnya. Hampir setiap hari terdengar berita pemerkosaan, perkelahian peredaran video mesum dan sebagainya yang membuat miris siapa pun yang membacanya. Kasus yang akhir-akhir ini sering kita saksikan beritanya di media massa adalah tentang penyalahgunaan narkotika dan zat-zat berbahaya lainnya. Coba tilik hasil survei BNN dengan Universitas Indonesia dan juga universitas lain. Tahun 2005 persentase prevelensinya 1,7 persen dari seluruh Indonesia. Lalu tahun 2008 naik menjadi 1,99 persen. Kemudian tahun 2011 menjadi 2,2 persen, dan diperkirakan hingga tahun 2015 terus naik menjadi 2,8 persen, atau sekitar 5,8 hingga 6 juta jiwa.
Apa penyebab semua ini? Jika di telaah jauh memang ada banyak sekali sebab. Dan dari sekian banyak sebab, salah satunya adalah hilangnya rasa malu, takut dan sungkan, khususnya malu takut dan sungkan berbuat yang tidak baik. Rasa malu dan takut serta sungkan ketika akan mengambil sesuatu yang bukan haknya, sudah hilang. Bahkan saat mereka sudah ketahuan. Lihat saja ekpresi mereka di media massa. Wajah mereka tidak menyiratkan malu dan bersalah meskipun sudah dijadikan sebagai tersangka sebuah kasus korupsi. Orang jawa sering mengatakan, “wong ra nduwe isin!”. Sungguh miris memang. Lantas apa yang sebaiknya masyarakat lakukan melihat kondisi ini?
Mau tidak mau masyarakat harus saling bahu membahu mengatasi kondisi yang sudah sedemikian terpuruk ini. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan langkah-langkah pencegahan pada orang-orang terdekat. Anak-anak kita harus kita ajari budi pekerti yang baik. Hal ini selaras dengan penemuan atas penelitian yang dilakukan oleh Hidred Geertz  seorang antropolog Amerika, yang ditulis dalam buku “The Javanese Family” yang ditulis pada Tahun 1982. Meskipun diteliti sudah lebih dari 30 tahun yang lalu, akan tetapi penelitian ini masih sangat relevan kita gunakan. Hasil penelitian ini salah satunya mengungkapkan tentang bagaimana cara masyarakat Jawa menanamkan budi pekerti pada anak-anaknya. Geertz (1982) mengungkapkan ada tiga hal yang ditanamkan masyarakat Jawa pada anak-anaknya dalam rangka membentuk karakter. Ketiga hal itu adalah wedi, isin, dan sungkan.
Wedi berarti takut, baik dalam arti jasmani maupun dalam arti sosial terhadap kecemasan atas akibat-akibat tidak menyenangkan dari suatu tindakan. Isin bisa diterjemahkan sebagai malu, enggan, canggung. Malu untuk melanggar aturan dan berbuat dosa. Malu untuk mencuri uang Negara. Malu kepada masyarakat yang uangnya diambil. Malu jika nantinya diri dan keluarganya akan menanggung malu. Malu jika nantinya wartawan akan menguber-ngubernya kemana-mana. Malu jika hakim mencebloskannya ke dalam sel tahanan. Sedangkan sungkan, seperti isin hanya tanpa adanya rasa takut berbuat kesalahan. Isin akan menjadi bentuk pengendalian didi dan menghindari celaan, sungkan mampu memainkan langgam sosial dengan indah.
Anak-anak jawa diajar tentang bagaimana dan bilamana harus wedi dan isin. Allah swt. wajib ditakuti bukan karena menakutkan, melainkan karena kewajiban kita berkhidmat sebagai hamba kepada penciptanya. Sang Maha Pencipta akan mengawasi dan menilai gerak-gerik hamba-Nya. Namun, disisi lain kita sebagai hamba-Nya mengharapkan penilaian terbaik sehingga menghasilkan balasan terbaik juga, yaitu sukses dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kita pun takut melakukan hal-hal yang berbau maksiat karena akan menjauhkan kita dari kasih sayang dan pertolongan Allah swt.Mereka dipuji karena sikap yang wedi kepada orang tua dan sikapnya yang isin terhadap orang-orang yang lebih dari dirinya. Mereka pertama-tama belajar wedi sebelum merekan siap memberikan tanggapan intern yang berbeda-beda dan menyangkut harga diri  dan pengenalan yang berbeda-beda mengenai perbedaan sosial. Ketika mereka besar, isin diajukan kepadanya, pertama-tama dengan memobilisasi rekasi–reaksi wedi yang sudah terpolakan kemudian dengan memainkan harga diri yang berkembang melalui mempermalukan dengan senangnya.
Nilai-nilai kejawen mengenai rumusan ketaatan itu ditanamkan secara berangsur-angsur. Dimulai dari mengenalkan wedi, isin, dan akhirnya sungkan. Wedi berbuat jahat karena diketahui oleh Yang Maha Melihat. Isin berbuat curang karena menciderai rasa keadilan, dan sungkan melakukan hal-hal yang tidak pantas karena diketahui sesamanya.
Apabila dilaksanakan dengan baik, nilai-nilai isin, wedi dan sungkan akan membawa sikap pengendalian diri yang baik untuk tidak berbuat yang melanggar etika, curang, culas dan perbuatan tidak baik lainnya. Sudah waktunya orang tua mengajarkan isin, wedi, dan sungkan pada anak-anaknya sehingga saat  dewasa kelak mereka akan mempunyai jati diri dan tidak tergoda untuk berbuat culas. Malu dan takut menunjukkan kebaikan memang tidak baik, akan tetapi malu takut dan sungkan berbuat baik tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan.