Pemberlakuan
kurikulum 2013 sudah diputuskan berlaku efektif awal tahun ajaran 2014/2015.
Sosialisasi, uji publik, dan berbagai kajian ilmiah sudah dilakukan. Pelatihan
demi pelatihan pun telah dilaksakan secara gencar. Tak kurang, peserta
pendidikan latihan profesi guru (PLPG) yang dilaksanakan tahun ini pun
menjadikan kurikulum 2013 sebagai materi intinya. Namun di lapangan, masih
sangat banyak dijumpai guru yang kembali ke sekolah dengan kebingungan,
kebimbangan, dan keraguan tentang konsep kurikulum terbaru ini. Mengapa hal ini
bisa terjadi? Jawabannya adalah karena peserta belum mengetahui ruh dari
kurikulum 2013.
Seperti kita
ketahui bahwa bangsa yang Berjaya adalah bangsa yang menguasai ilmu
pengetahuan. Jepang, amerika, korea selatan, China merupakan contoh bangsa maju
yang menguasai dunia dalam bidangnya masing-masing. Salah satu faktor
keberhasilan negara-negara tersebut adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Pertanyaannya sekarang, mengapa negara-negara tersebut
berhasil menguasai IPTEK? Jawabannya adalah pendidikan di negara tersebut
diarahkan pada sikap-sikap yang memungkinkan peserta didik mempunyai sikap
ilmiah atau scientific sebagai tahapan penguaasan IPTEK. Pendidikan dengan
pendekatan ini berhasil menghasilkan para ilmuwan. Inilah yang menyebabkan negara
ini maju.
Konsep inilah
yang rupanya ingin ditiru Indonesia dalam hal penanaman pendidikan dimana
pendidikan diarahkan pada penanaman sikap ilmiah. Namun pengadopsian ini
dielaborasikan dengan nilai-nilai ketimuran yang sangat memperhatikan norma dan
agama. Karena sudah menjadi consensus umum bahwa pandai tanpa agama ibarat
orang tersesat dan sebaliknya orang beragama tanpa ilmu pengetahuan ibarat
orang buta. Penanaman ini diwujudkan dalam wadah yang bernama kurikulum 2013.
Pendekatan
scientific yang digunakan dalam kurikulum 2013 terdiri dari dari lima tahap
yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Ada sekian
banyak gejala alam dan gejala sosial yang yang bisa menjadi objek pengamatan.
Dalam penerapannya, pengamatan dilakukan pada objek atau fenomena yang terkait
dengan materi pembejalaran. Jika pengamatan dilakukan secara cermat, maka akan
memunculkan hasrat untuk bertanya mengenai objek yang telah diamati. Ini
menjadi proses kedua dari pendekatan scientific yang dinamakan kegiatan
menanya. Tahap yang ketiga adalah menalar, yaitu menganalisis serta
menghubungkan dengan dugaan jawaban sementara. Ini menimbulkan sikap ketidak
percayaan sehingga memunculkan keinginan untuk membuktikan dugaannya. Tahap ini
disebut mencoba yang merupakan tahap ke empat. Setelah mencoba maka akan
ditemukan jawabannya dan siswa akhirnya bisa menghubungkan dengan gejala-gejala
lain yang ada pada materi disiplin ilmu
lain sehingga terbentuklah jejaring. Ini merupakan tahap terakhir dari metode
scientific.
Keseluruhan
tahap ini dilakukan oleh siswa. Sedangkan guru sebatas menjadi fasilitator dan
motivator bagi siswa. Meskipun menjadi salah satu sumber belajar, tapi guru
tidak menjadi satu-satunya sumber pengetahuan dan belajar. Siswa bisa
mendpatkan sumber belajar dari berbagai media dan tempat yang dijumpainya.
Dengan demikian pembelajaran kurikulum 2013 berpusat pada siswa. Paradigma lama
yang menganggap siswa adalah gelas kosong yang harus diisi air pengetahuan yang
dari guru sebagai satu-satunya sumber, sebaiknya dibuang jauh-jauh.
Jika
keseluruhan tahap ini dilakukan dengan benar, maka sikap ilmiah yang berujung
pada terbentuknya orang-orang yang berjiwa ilmuwan, sudah bisa tercapai. Namun
jadi orang pintar berpengetahuan luas saja tidaklah cukup. Selain pintar, orang
harus terampil dan cekatan. Maka dalam kurikulum 2013 juga dikembangkan aspek
keterampilan.
Setelah aspek
pengetahuan dan keterampilan, terminal berikutnya adalah aspek moral dan sikap.
Karena sudah menjadi pemakluman umum bahwa orang yang sukses tidak hanya
ditentukan oleh orang yang pintar dan terampil saja, tetapi juga ditentukan
oleh sikap dan moral yang baik. Kurikulum 2013 hendak mengajak peserta didik
menuju ke arah pribadi yang pintar, terampil, dan bermoral.
Terminal
akhir dari pembelaran yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah membentuk
siswa yang pintar, terampil, bermoral, serta beragama. Oleh karena itulah semua
tahap pembelajaran dalam kurikulum yang akan efektif berlaku mulai Juli 2013
adalah menghubungkan konsep-konsep dalam materi dengan nilai-nilai keagamaan.
Dengan demikian diharapkan setelah mendapatkan pembelajaran, siswa menguasai
konsep materi pembelajaran, terampil dalam berkarya, unggul dalam sikap, serta
menambah kualitas keagamaannya. Inilah sebenarnya ruh dari kurikulum 2013.
Ruh akan bisa
bergerak dinamis jika ada pada raga yang tepat. Demikian juga ruh kurikulum
2013 akan terlaksana dengan baik jika menemukan perwujudan yang tepat. Salah
satu perwujudannya yaitu metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itulah
aplikasi dari kurikulum ini dilaksanakan dengan metode pembelajaran modern
seperti Quantum teaching, active learning, contextual learning, dan sebagainya.
mudah-mudahan dengan bersatunya raga dan roh ini kurikulum 2013 akan membawa
dampak positif yang besar bagi generasi penerus di masa mendatang.